Resensi Buku (Palu Arit Di Ladang Tebu)

c557c9db-0cb4-4928-a512-3ba520247fc0

Judul : PALU ARIT DI LADANG TEBU

 Penulis : Hermawan Sulistyo

 Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

 Tahun    : 2000

 Tebal     : 291

Polemik serta diskursus terkait tentang sejarah Bangsa Indonesia memang masih banyak mengandung unsur ketidakjelasan, hal ini membuat para akademisi dalam memahami sejarah pun masih banyak yang keliru dalam artian terkadang sering mendapatkan informasi dan pengetahuan terkait tentang sejarah bangsa yang memang masih banyak yang berbeda dan masih harus kita pertanyakan secara mendalam, masih banyak masyarakat indonesia yang menjadikan sejarah bangsa bersifat dogmatis sehingga enggan ingin mempertanyakan dan mempertentangkan terkait sejarah yang belum tentu benar,” karena sejarah bisa di manipulasi oleh rezim yang berkuasa”.

Dalam Sejarah yang mengungkap tentang PKI ternyata masih banyak membingungkan, ada sumber sejarah seperti buku maupun sejarawan yang mengungkapkan bahwa sebenarnya PKI adalah korban kambing hitam Rezim orde baru, dan ada pula yang mengatakan bahwa Segala permasalahan yang mengganggu stabilitas negara sewaktu itu akibat dari PKI. Dan jika kita telaah secara seksama pada sejarah masih banyak mengandung unsur ketidakjelasan sehingga berdampak pada pemaknaan yang salah terhadap sejarah itu sendiri.

Dalam buku “Palu Arit Di Ladang Tebu” ini Hermawan Sulistyo sebagai penulis mencoba mengungkap sejarah pada G.30 SPKI yang sebenarnya di manipulasi oleh rezim yang berkuasa. Buku yang ditulis Hermawan Sulistyo, lebih memfokuskan  dan mengangkat Gerakan 30 S PKI (Gestapu) dan aksi-aksi pembalasan pasca Gestapu. Dalam analisisnya, buku ini membeberkan peristiwa berdarah dari dua perspektif. Pertama,Gerakan 30 S PKI dari kemunculan awal hingga perseteruan di tubuh elit Angkatan Darat (AD) saat itu. Kedua, muatan-muatan politis dari aksi pasca Gestapu merupakan konfigurasi politik militer-negara. Dalam sejarah resmi yang di ungkap bahwa selama ini menggambarkan pembunuhan di Lubang Buaya itu sebagai pesta gila-gilaan berbagai kesaksian dan bukti fisik mengungkapkan bahwa pesta itu tidak ada[1].

Hermawan Sulistyo juga menyinggung tentang PKI seakan menjadi dalang dari peristiwa berdarah Gestapu dan menjadi satu-satunya pihak yang harus di persalahkan. Banyak hal-hal yang selama ini tidak di temukan dalam dan di ungkap terkait tentang PKI di ungkap secara intensi di buku ini sehingga kita lebih mampu menilai dan menetralisir mana sejarah yang benar dan mana sejarah yang menyimpang dari peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Dalam buku ini juga memotret dan mengungkap tentang pembunuhan massal yang terjadi pada anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965-1966 yang menurut Hermawan Sulistyo merupakan salah satu pembunuhan terbesar di dunia dan penulis juga mengambil daerah penelitian di jombang dan kediri untuk menjawab pertanyaan tentang faktor apa saja yang menyebabkan pembunuhan massal tersebut.

Peristiwa G 30 S PKI merupakan sejarah hitam dalam tragedi kemanusiaan di indonesia namun tetapi menurut penulis aksi-aksi pasca Gestapu ini di awali oleh aksi-aksi pembalasan militer oleh soeharto dengan Gerakan satu oktober nya yang secara eksplisit menunjukkan adanya dua kekuatan militer yang saling berhadapan. Dari sini, sulit menduga siapa dalang peristiwa tersebut. Akan tetapi, baik Gestapu maupun Gestok bukan hanya penting sebagai petunjuk adanya dua fase yang berbeda atas rangkaian peristiwa yang terjadi, atau sebagai sebuah istilah pembeda antar kelompok politik tertentu.

Dalam buku ini juga di ceritakan oleh penulis tentang pembunuhan massal tersebut yang bahasanya di ilustrasikan oleh penulis menjadi kaum “ladang merah” dan “sarungan putih’ sebagai perseteruan yang menyebabkan peristiwa berdarah tersebut. Dimana kaum ladang merah penulis gambarkan terdiri dari komunitas masyarakat perkebunan yang terdiri dari buruh perkebunan, masyarakat priyayi seperti pegawai negeri dan lain sebagainya.

Kaum sarungan putih digambarkan oleh penulis sebagai kaum-kaum agamis seperti muhamadiyah, Nahdlahtul Ulama dan aliran kaum santri dan agamis lainnya. Dan hal pemahaman aliran ini penulis dapatkan ketika melakukan penelitian tersebut di daerh jombang dan kediri. Dan dihalaman terakhir penulis juga menggambarkan tentang konfrontasi aliran di mana memang di adu domba oleh rezim yang berkuasa pada saat itu.

Dan hal ini alah yang membuat penulis mengungkapkan apa yang terjadi pada sejarah bangsa indonesia sehingga pemahaman dan pemaknaan terhadap sejarah khusus nya PKI lebih netral bisa di terima oleh pemahaman generasi bangsa selanjutnya.

[1] Hal. 2 “Palu Arit Di Ladang Tebu”

Leave a comment